Powered By Blogger

Minggu, 17 Maret 2013

Tari Tortor Batak Ramaikan PRSU 2013

PERGELARAN tari Tortor Batak oleh Sanggar Lusido Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, akan meramaikan malam seni budaya Pekan Raya Sumatera Utara Ke-42 di Medan, Minggu (17/3).
“Kami akan bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba Samosir dalam suatu pertunjukan tari ‘Tortor’ Batak bertema pembangunan daerah dengan basis seni dan budaya,” kata Pimpinan Sanggar Seni Budaya Lusido Raja Resmon Mangatur Sirait di Ajibata, Kamis (7/3).
Dia mengatakan sanggar yang pernah menjuarai festival tari daerah dalam Pesta Danau Toba (PDT) pada Desember 2012 di Parapat, Sumatera Utara tersebut dipercaya mewakili Kabupaten Toba Samosir untuk mengisi PRSU untuk mempromosikan potensi daerah.
Pergelaran Tortor yang dibawakan kuranglebih 100 orang penari itu, katanya, akan memeriahkan pameran pembangunan, sekaligus menjadikannya sebagai pesta budaya, hiburan, dan rekreasi.
Tarian itu juga merupakan agenda tahunan yang banyak dimanfaatkan sebagai ajang pameran dan promosi oleh berbagai pemerintah daerah setempat.
Rismon menjelaskan anak asuhannya akan mempertunjukkan berbagai tari, di antaranya tortor “Tunggal Panaluan” yang merupakan tari ritual cukup sakral menggambarkan hubungan manusia dengan “Mulajadi Nabolon”(Sang Khalik) melalui mediasi Datu Bolon atau seorang dukun sakti.
Pada zaman dahulu, kata dia, tortor tersebut diperintahkan seorang raja kepada Datu Bolon untuk menolak bala, dan meminta hujan serta mengangkat seorang pemimpin baru dengan membentuk kampung baru, termasuk mengambil keputusan untuk berperang.
Selain itu, katanya, akan digelar juga tortor “Sigale-gale” yang merupakan kisah zaman dahulu tentang seorang raja yang hanya mempunyai seorang anak sebagai pewaris tahta kerajaan, tapi anak tersebut tiba-tiba sakit dan meninggal dunia.
Akibat kesedihannya, katanya, raja itu memerintahkan tukang ukir terbaik membuat patung boneka kayu mirip wajah anaknya yang meninggal.

Melestarikan Tradisi Batak Toba
Setelah itu, Datu Bolon diperintahkan menghidupkan patung layaknya manusia dan disuruh menari di halaman kerajaan.
“Dan sekarang patung tersebut dinamakan Sigale-gale,” katanya.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Toba Samosir Elisber Tambunan menyebutkan momentum PRSU Ke-42 hendaknya dapat dimanfaatkan pemerintah kabupaten dan kota untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Selain itu, katanya, pameran tersebut juga sarana menarik investor lebih banyak lagi sehingga mampu mendukung pertumbuhan daerah masing-masing dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ia juga berharap para pemerhati budaya Batak dapat terus menggali dan melestarikan tradisi Batak Toba di saat pesatnya kemajuan zaman.
“Budaya Batak perlu terus dipertahankan agar jangan sampai hilang begitu saja oleh perkembangan arus modernisasi tanpa kita sadari,” pungkasnya. Ant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Jejak Anda, dengan komentar yang positif.